
Kali ini saya
akan bernostalgi(l)a, refresh ke masa lalu. Bukan untuk bergalau ria atau
menyesali yang sudah sudah. Sekedar share tentang sepenggal kisah lalu yang
menghantarkan pada kebaikan. Ga panjang panjang kok ceritanya, paling cuma mual
aja kalau ngebacanya sampai habis.hhaa (kidding)
Dimulai
pertengahan tahun 2012, saya lupa kapan tepatnya. Masih duduk di bangku kuliah
dan masih menikmati masa – masa penuh dengan cinta semu. Saya memutuskan untuk
berpacaran dengan teman satu kelas di kampus. Waktu itu saya belum mengenakan
jilbab syar’i dan belum tahu apapun tentang larangan berkhalwat (berdua – duaan
dengan lawan jenis). (Semoga saja Allah mengampuni dosa – dosa saya yang telah
lalu). Saya tidak tahu awalnya kenapa kita memutuskan berpacaran, karena kita
hanya sebatas teman akrab. Mungkin dikarenakan seringnya berkomunikasi dengan
si Arap (sebut saja begitu). Menikmati masa – masa penuh dosa itu kurang lebih
hanya beberapa minggu. Kemudian dia memutuskan saya, tanpa alasan yang jelas
dan juga mendadak. Awalnya saya Ga to the Lau “Galau”.hhaa. Bagaimana mungkin
saya gagal dalam menjalin hubungan untuk kesekian kali. Dan itupun dengan
alasan yang irrasional. Ohhh, rasanya sakit bukan main. Mau ngapain aja ga enak,
super bingung.. Belum lagi masalah masalah lain juga datang silih berganti. YA
Tuhan, serasa dunia benar benar tak adil.. Hampir setiap hari saya menangis,
mengurung diri, dan tak sedikitpun ada keceriaan di rona wajah saya. Kalau ingat
waktu itu, ampun deh.. Kenapa bisa lebay pakai banget ya, Cuma diputusin laki
doank.hhaa... Singkat cerita, setelah saya putus dengannya ada begitu banyak hal
– hal yang membuat saya sering termenung. Ada fikiran – fikiran mengganjal
dalam benak saya. Berhari hari saya tidur larut malam, padahal saya paling anti
sama yang namanya begadang. Ternyata oh ternyata fikiran itu berpusat pada
keinginan saya untuk berubah. Berubah menjadi lebih baik, dalam segala hal.
Setelah Iedul
fitri saya putuskan untuk berhijab syar’i. Dulu setiap saya melihat wanita
berhijab syar’i, selalu timbul pertanyaan di benak saya “kapan saya bisa
berhijab sesempurna itu?”. Keputusan saya ini tidak pernah saya duga
sebelumnya, tapi itulah anugerah Allah. Dia begitu mudah membolak balikkan hati
seseorang, Dia begitu mudah merubah seseorang. Itulah mengapa saya tidak
menyesali pertemuan saya dengan mantan, tidak membencinya. Karena secara tidak
langsung, Allah menjadikan dia sebagai media untuk saya berubah ke arah yang
lebih baik. Karena dari situ semua saya tahu dimana letak kesalahan saya selama
ini. Setelah berhijab syar’i pun begitu banyak keajaiban keajaiban muncul dalam
diri saya. Saya begitu tenang menjalani hidup walaupun sampai detik ini saya
masih berusaha mempertahankan hijab saya, saya tidak pernah menyesali semuanya.
Saya justeru bersyukur karena Allah memberi hidayah yang begitu luar biasa di
dalam hidup saya. Saya yakin, tidak semua orang bisa menikmati hidayah dari
Allah. Insya Allah, sudah saya ikhlaskan semuanya. Semua yang ada pada diri
saya adalah milik-Nya. Dan apapun itu pasti akan dimintai pertanggung jawaban
oleh-Nya kelak. Saat ini saya hanya berpasrah diri, menyerahkan segala urusan
kepada Allah dan tidak akan mengulangi kisah kelam saya. Saya hanya ingin
menyimpan setiap rasa yang saya punya untuk laki laki idaman, di dalam hati
terdalam. Agar tidak seorangpun tahu, dan biarlah Allah yang menjaga hati dan
rasa ini. Toh, Dia lebih tahu apa yang baik untuk ummat-Nya.
Jadi buat
teman teman yang mau memutuskan hubungan, yaudah sih putusin aja. Saya jamin
200 %, ga akan ada gunanya berpacaran sebelum halal. Yang ada lebih banyak
menimbulkan mudharatnya daripada manfaatnya. Udah Ikhlasin Aja !, yakin dan
percaya Allah akan kasih ganti yang lebih baik kalau kita mau berubah. Pacaran
setelah akad dan halal jauh lebih barakah. Kalaupun saya bisa mengulang lagi,
saya tidak akan pernah memilih untuk berpacaran se
kalipun saya ada rasa dengan
lelaki itu. Kalaupun bisa, saya ingin mendelete semua itu agar Allah mengampuni
dosa saya. Tapi apa boleh buat, semua sudah terjadi. Sekarang tinggal kita
sendiri, mau perbaiki diri atau tetap pada jalur yang dilaknati. Saran saya,
kalau sudah siap untuk membina rumah tangga ya menikahlah. Labuhkan hati pada
yang berhak, jangan biarkan lelaki tak halal menyentuh setiap kulit tubuhmu.
Bagi yang belum pernah berpacaran, jangan sekali kali mencobanya yaa.. Udah ga
zaman berpacaran. Sekarang zamannya to be a great moslem/ah.. Saya tidak pernah
mengatakan kalau kita tidak boleh menyukai lawan jenis. Karena pada dasarnya
cinta itu fitrah, yang harus diwaspadai adalah ketika cinta itu menggelora dan
bagaimana kita me manage agar tidak menimbulkan murka Allah. Coba deh rutin
puasa senin kamisnya, banyakin dzikirnya, shalat tahajjjudnya ga ketinggalan.
Insya Allah kita lebih bisa menjaga diri dari hal – hal buruk.. Wallahu ta’ ala
a’lam.. Segala yang benar hanya milik Allah semata. Semoga kisah ini sedikit
membuka mata hati teman teman untuk lebih memilah dan memilih bagaimana
semestinya kita menjaga diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar