Sudah sekian
lama saya berusaha mencari pekerjaan, kesana kemari menyebar lamaran lamaran
yang saya buat. Mencari informasi ke berbagai penjuru tempat, bukan hanya
berhenti disitu, saya juga selalu mengupdate informasi lewat media sosial.
Sebenarnya bukan saya susah mendapatkan pekerjaan, tapi selalu saja gagal
diakhir interview kerja. Kenapa? Jangan buru buru berfikir bahwa saya
mengharapkan gaji yang besar. Tidak, tidak sama sekali.
Saya hidup di
lingkungan sosial yang mayoritas nonmuslim, di pulau kecil yang mereka sebut
dengan pulau Dewata (pulau seribu dewa). Hidup dan besar disana membuat saya
mengerti bahwa toleransi beragama sangatlah penting untuk diterapkan. Sampai
akhirnya saya mengentaskan study saya di Solo, Bapak dan Ibu meminta agar saya
kembali ke Bali untuk menemani mereka.
Awalnya tawaran
dari berbagai Rumah Sakit bonafit di luar kota datang menghampiri saya, tapi
orang tua tidak merestui dan saya harus berfikir dua kali jika tetap ingin
merantau. Yang saya tahu bahwa ridha Allah bersama dengan ridha kedua orang
tua, itulah prinsip yang saya pegang sampai detik ini. Saya tahu, sewajarnya
seorang wanita yang belum memiliki suami masih berada dalam tanggung jawab
kedua orang tuanya. Mungkin karena itu juga Bapak tidak rela melepaskan saya
untuk bekerja jauh dan lepas dari pantauannya.
Saya akui
tidak mudah juga untuk mencari pekerjaan yang sesuai passion saya disini. Saya
memang jebolan kesehatan, tetapi bukan
berarti saya harus bekerja dilaboratorium atau rumah sakit. Saya percaya rezeki
saya bukan hanya dibidang itu, akan selalu ada jalan bagi mereka yang mau
berusaha. Bukan sekedar berusaha keras saja, tetapi juga berusaha cerdas dan
ikhlas. Itu pesan dari Pak jamil.hhe
Lalu apa
masalahnya kalau begitu? Masalahnya adalah tentang peraturan di hampir seluruh
perusahaan swasta/negeri di Bali yang melarang karyawannya untuk
berkhimar/berkerudung. Saya tidak mengatakan berjilbab syar’i, tetapi
berkrudung dalam konteks masyarakat umum. Itulah yang menjadi kendala saya
sampai detik ini, hampir semua tawaran saya tolak hanya karena masalah itu itu
saja.
Memang kita
tidak bisa memaksakan perusahaan untuk mengikuti atuan main kita, karena memang
kitalah yang harus mengikuti aturan main mereka. Jadi kita sendiri juga yang
harus aware dan mau membentengi diri dengan tawaran tawaran yang kadang
melenakkan. Bahkan ketika menolak tawaran di salah satu lab bonafit di Bali,
saya sempat down. Bahkan sempat pula saya berfikir untuk memendekkan kerudung
saya.”Apakah tidak ada toleransi untuk yang berkerudung?mungkin kerudung saya
bisa saya masukkan ke dalam kerah baju agar tidak menganggu pekerjaan saya”,
kata yang saya ingat saat interview kerja. Tetapi tetap saja hal itu tidak
diperbolehkan, sempat terdiam sejenak dan akhirnya saya memutuskan untuk
menolak tawaranya.
Setibanya
dirumah, saya langsung menangis di pangkuan Ibu. Bukan, saya bukan menangisi
tawaran pekerjaan itu. Tetapi saya menangisi apa yang telah saya fikirkan
sebelumnya. Betapa hinanya saya di mata Allah, karena hanya karena uang dan
pekerjaan saya sempat berfikir untuk memendekkan kerudung saya. “Nduk, seberapapun besar gaji yang kau
terima,jika kau gadaikan prinsipmu maka Allah tidak akan pernah ridha. Ibu
tidak pernah rela membiarkan diri ini memakai uang yang kau berikan karena itu bukan
uang yang berkah. Jangan putus asa, akan ada massanya kau mendapatkan yang
terbaik. Ibu tidak pernah menuntut agar kau bekerja dan menggadaikan prinsipmu karena
sejatinya wanita itu lebih utama berada dirumah. Ibu mendidikmu kemudian
menyekolahkanmu setinggi mungkin bukan untuk mendapatkan uang yang banyak,
tetapi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Karena kelak kau juga akan
menjadi seorang Ibu, dan seorang Ibu haruslah cerdas dan pintar, Ibulah yang
akan mendidik dan menciptakan generasi generasi penerus bangsa dan pejuang
agama dijalan Allah. Jika kau nihil tentang ilmu, bagaimana mungkin akan tercipta
generasi yang unggul. Maka dari itu, jadilah muslimah yang kuat dalam berbagai
hal, termasuk juga dalam keistiqomahan. Ikatlah prinsipmu di lubuk hati
terdalam dan jangan sekali kali kau mencoba untuk melepasnya. Mahkotamu itu
berharga nduk, auratmu bukan barang dagangan. Ini hanya ujian kecil keimananmu,
diluar sana ada begitu banyak ujian besar menanti. Kalau kau bercita cita ingin
berkumpul bersama orang orang mukmin pilihan Allah di syurga, kau harus tahan
banting menghadapi cobaan dunia. Tenang anakku sayang, Allah senantiasa bersama
kita.” Pesan Ibu kepada saya.
Sejak hari
itu, saya memutuskan untuk tetap berusaha menyebarkan lamaran kerja. Tidak ada
kata pantang menyerah, karena saya yakin Allah akan mengganti setiap tetesan
keringat yang saya keluarkan. Kenapa saya masih ngotot untuk bekerja? Karena
ada begitu banyak mimpi saya yang belum terealisasi, dan saya yakin itu
membutuhkan uang. Saya masih harus melanjutkan study saya, masih harus
memberangkatkan orang tua berhaji, masih harus membangun Rumah Sakit gratis dan
masih banyak lagi. Dan saya selalu menginginkan apapun cita cita saya harus
saya wujudkan dengan hasil keringat saya sendiri. Saya yakin, tidak ada yang
mustahil bagi Allah. Dan saya yakin saya bisa meraih mimpi saya tanpa harus
menggadaikan prinsip saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar