Selasa, 28 Januari 2014

Jangan Gadaikan Prinsipmu !

Sudah sekian lama saya berusaha mencari pekerjaan, kesana kemari menyebar lamaran lamaran yang saya buat. Mencari informasi ke berbagai penjuru tempat, bukan hanya berhenti disitu, saya juga selalu mengupdate informasi lewat media sosial. Sebenarnya bukan saya susah mendapatkan pekerjaan, tapi selalu saja gagal diakhir interview kerja. Kenapa? Jangan buru buru berfikir bahwa saya mengharapkan gaji yang besar. Tidak, tidak sama sekali.
Saya hidup di lingkungan sosial yang mayoritas nonmuslim, di pulau kecil yang mereka sebut dengan pulau Dewata (pulau seribu dewa). Hidup dan besar disana membuat saya mengerti bahwa toleransi beragama sangatlah penting untuk diterapkan. Sampai akhirnya saya mengentaskan study saya di Solo, Bapak dan Ibu meminta agar saya kembali ke Bali untuk menemani mereka.
Awalnya tawaran dari berbagai Rumah Sakit bonafit di luar kota datang menghampiri saya, tapi orang tua tidak merestui dan saya harus berfikir dua kali jika tetap ingin merantau. Yang saya tahu bahwa ridha Allah bersama dengan ridha kedua orang tua, itulah prinsip yang saya pegang sampai detik ini. Saya tahu, sewajarnya seorang wanita yang belum memiliki suami masih berada dalam tanggung jawab kedua orang tuanya. Mungkin karena itu juga Bapak tidak rela melepaskan saya untuk bekerja jauh dan lepas dari pantauannya.
Saya akui tidak mudah juga untuk mencari pekerjaan yang sesuai passion saya disini. Saya memang jebolan kesehatan, tetapi  bukan berarti saya harus bekerja dilaboratorium atau rumah sakit. Saya percaya rezeki saya bukan hanya dibidang itu, akan selalu ada jalan bagi mereka yang mau berusaha. Bukan sekedar berusaha keras saja, tetapi juga berusaha cerdas dan ikhlas. Itu pesan dari Pak jamil.hhe
Lalu apa masalahnya kalau begitu? Masalahnya adalah tentang peraturan di hampir seluruh perusahaan swasta/negeri di Bali yang melarang karyawannya untuk berkhimar/berkerudung. Saya tidak mengatakan berjilbab syar’i, tetapi berkrudung dalam konteks masyarakat umum. Itulah yang menjadi kendala saya sampai detik ini, hampir semua tawaran saya tolak hanya karena masalah itu itu saja.
Memang kita tidak bisa memaksakan perusahaan untuk mengikuti atuan main kita, karena memang kitalah yang harus mengikuti aturan main mereka. Jadi kita sendiri juga yang harus aware dan mau membentengi diri dengan tawaran tawaran yang kadang melenakkan. Bahkan ketika menolak tawaran di salah satu lab bonafit di Bali, saya sempat down. Bahkan sempat pula saya berfikir untuk memendekkan kerudung saya.”Apakah tidak ada toleransi untuk yang berkerudung?mungkin kerudung saya bisa saya masukkan ke dalam kerah baju agar tidak menganggu pekerjaan saya”, kata yang saya ingat saat interview kerja. Tetapi tetap saja hal itu tidak diperbolehkan, sempat terdiam sejenak dan akhirnya saya memutuskan untuk menolak tawaranya.
Setibanya dirumah, saya langsung menangis di pangkuan Ibu. Bukan, saya bukan menangisi tawaran pekerjaan itu. Tetapi saya menangisi apa yang telah saya fikirkan sebelumnya. Betapa hinanya saya di mata Allah, karena hanya karena uang dan pekerjaan saya sempat berfikir untuk memendekkan kerudung saya. “Nduk, seberapapun besar gaji yang kau terima,jika kau gadaikan prinsipmu maka Allah tidak akan pernah ridha. Ibu tidak pernah rela membiarkan diri ini  memakai uang yang kau berikan karena itu bukan uang yang berkah. Jangan putus asa, akan ada massanya kau mendapatkan yang terbaik. Ibu tidak pernah menuntut agar kau bekerja dan menggadaikan prinsipmu karena sejatinya wanita itu lebih utama berada dirumah. Ibu mendidikmu kemudian menyekolahkanmu setinggi mungkin bukan untuk mendapatkan uang yang banyak, tetapi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Karena kelak kau juga akan menjadi seorang Ibu, dan seorang Ibu haruslah cerdas dan pintar, Ibulah yang akan mendidik dan menciptakan generasi generasi penerus bangsa dan pejuang agama dijalan Allah. Jika kau nihil tentang ilmu, bagaimana mungkin akan tercipta generasi yang unggul. Maka dari itu, jadilah muslimah yang kuat dalam berbagai hal, termasuk juga dalam keistiqomahan. Ikatlah prinsipmu di lubuk hati terdalam dan jangan sekali kali kau mencoba untuk melepasnya. Mahkotamu itu berharga nduk, auratmu bukan barang dagangan. Ini hanya ujian kecil keimananmu, diluar sana ada begitu banyak ujian besar menanti. Kalau kau bercita cita ingin berkumpul bersama orang orang mukmin pilihan Allah di syurga, kau harus tahan banting menghadapi cobaan dunia. Tenang anakku sayang, Allah senantiasa bersama kita.” Pesan Ibu kepada saya.

Sejak hari itu, saya memutuskan untuk tetap berusaha menyebarkan lamaran kerja. Tidak ada kata pantang menyerah, karena saya yakin Allah akan mengganti setiap tetesan keringat yang saya keluarkan. Kenapa saya masih ngotot untuk bekerja? Karena ada begitu banyak mimpi saya yang belum terealisasi, dan saya yakin itu membutuhkan uang. Saya masih harus melanjutkan study saya, masih harus memberangkatkan orang tua berhaji, masih harus membangun Rumah Sakit gratis dan masih banyak lagi. Dan saya selalu menginginkan apapun cita cita saya harus saya wujudkan dengan hasil keringat saya sendiri. Saya yakin, tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dan saya yakin saya bisa meraih mimpi saya tanpa harus menggadaikan prinsip saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar