Dua puluh satu tahun sudah aku
hidup bersamamu.. Tapi benar – benar tidak ada yang menjamin bahwa aku memahami
sosokmu sepenuhnya. Seperti yang mereka bicarakan dan selalu katakan, bahwa
akan jadi apa aku kelak, bagaimana diriku kelak, dialah yang ikut andil
didalamnya. Ayah, Begitulah mereka menyebut lelaki yang katanya penuh dengan karisma dan
tanggung jawab, yang katanya penuh cinta
dan kasih sayang.. Lalu, bagaimana dengan Ayah yang ada dalam kehidupanku?
Sebenarnya aku tak pernah ingin menjabarkan masalah ini, tapi entah kenapa
malam ini serasa tak punya daya untuk menghentikan tangan yang terus bergerak
di atas laptop manisku. Tak tahu juga, kenapa ada tetesan – tetesan air yang
jatuh menemani saat menulis ini. Mungkin perasaanku turut serta mendalaminya.
Aku masih tak paham mengapa mereka menyebut dengan kata Ayah, dan mungkin juga
tidak ingin mempermasalahkannya. Sebelumnya aku juga memohon ampu kepada-Nya,
atas segala kesalahan yang ada. Semoga Allah memahami setiap keadaan yang
terjadi.. Aku tidak pernah ingin mengatakan bahwa aku adalah satu – satunya orang
yang paling sengsara didunia ini, karena menganggap masalah – masalah yang ada
merupakan cobaan terberat. Ku akui, jika aku tak mampu mensyukuri hidup yang
aku miliki. Terbukti, aku selalu meratapi semua sikap Ayah terhadap hidup,
keluarga dan lingkungan sosialnya. Kadang merasa dunia tak adil, memang
begitulah realitanya. Karena hidup tak adil, maka kitalah yang harus berjuang
untuk terus mendapatkan yang terbaik. Seharusnya begitu juga sikapku, tidak menyalahkan
keadaan yang ada.. Tapi aku hanya manusia, terkadang ada rasa sakit
menyelinap.. Sosok Ayah yang membentukku menjadi pribadi yang tak meyakini akan
kemampuan dirinya sendiri, menjadi anti sosial, dan takut untuk melangkah. Dia
membentukku menjadi orang yang kaku, dengan segala keterbatasanku aku hanya
bisa diam dalam banyak hal. Kenapa? Karena Ayah tidak pernah mengajariku
kehidupan yang sebenarnya. Memiliki Ayah, tapi serasa itu hanya sesosok laki –
laki asing dalam rumah. Jarang bertatap muka, bukan karena waktu melainkan
karena tidak adanya keinginan untuk bersama anaknya.. Mungkin begitu, selalu
dalam terkaan saja. Tidak pernah
sekalipun selama aku hidup, aku mendengar dia mengucapkan ‘aku menyayangimu,
nak’.. atau sekedar mengucapkan ‘hati – hati’ saat aku melangkah meninggalkan
rumah. Dulu sempat berfikir, kenapa Ibu tak menceraikannya saja. Membiarkannya pergi
berlalu menemukan wanita terbaik untuknya..Tapi itu benar – benar narrow
minded, itu fikiran yang bersumber dari kebencian dan kotornya hati. Karena aku
tau, tak mungkin Ibu melakukannya. Ibulah satu – satunya wanita terbaik
untuknya, yang mampu menahan sakit berpuluh – puluh tahun hanya untuk menjaga
hati lelakinya itu. Ibulah satu – satunya orang yang mampu menerima segala
keburukan Ayah dan mencintai tanpa meminta imbalan sepeserpun, Ibulah yang
mampu mengganti sosok Ayah yang telah hilang lama dalam benak anak – anaknya,
kemudian mengajari makna hidup yang berharga. Aku tidak menyerah sedikitpun
untuk terus berharap, agar kelak ada balasan dari setiap kebaikan yang Ibu
lakukan. Agar kelak, Allah membukakan hati Ayah dan melunakkan hatinya yang
mulai membantu. Agar dia melihat, ada wanita mulia yang selalu hadir disisinya,
menemani sisa – sisa masa hidupnya. Agar dia melihat, ada anak lelaki dan
wanita yang sudah mulai tumbuh mendewasa, yang akan menjaganya. Menggantikan posisinya
dan selalu ada bersamanya..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau betapa rasa ini menyiksa,
melihatmu tak berubah..
Dengan semua sikap yang membuat
hatimu tertutup dan membeku..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau betapa tangisan ini
melukaiku, hanya karena ingin melihatmu bahagia..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau, betapa inginnya aku kau
peluk, kau genggam tanganku, dan kita duduk tertawa bersama..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau, betapa aku ingin mencium
keningmu kemudian kau katakan “aku mencintaimu nak”
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau setiap doa yang terlantun
adalah doa kebaikan untuk hidupmu, agar kelak kau dapatkan yang terbaik
dari-Nya..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau, betapa aku menyayangimu,
betapa besar cinta ini untukmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar