Rabu, 15 Januari 2014

Seandainya saja, Ayah..

Dua puluh satu tahun sudah aku hidup bersamamu.. Tapi benar – benar tidak ada yang menjamin bahwa aku memahami sosokmu sepenuhnya. Seperti yang mereka bicarakan dan selalu katakan, bahwa akan jadi apa aku kelak, bagaimana diriku kelak, dialah yang ikut andil didalamnya. Ayah, Begitulah mereka menyebut  lelaki yang katanya penuh dengan karisma dan tanggung jawab, yang katanya penuh  cinta dan kasih sayang.. Lalu, bagaimana dengan Ayah yang ada dalam kehidupanku? Sebenarnya aku tak pernah ingin menjabarkan masalah ini, tapi entah kenapa malam ini serasa tak punya daya untuk menghentikan tangan yang terus bergerak di atas laptop manisku. Tak tahu juga, kenapa ada tetesan – tetesan air yang jatuh menemani saat menulis ini. Mungkin perasaanku turut serta mendalaminya. Aku masih tak paham mengapa mereka menyebut dengan kata Ayah, dan mungkin juga tidak ingin mempermasalahkannya. Sebelumnya aku juga memohon ampu kepada-Nya, atas segala kesalahan yang ada. Semoga Allah memahami setiap keadaan yang terjadi.. Aku tidak pernah ingin mengatakan bahwa aku adalah satu – satunya orang yang paling sengsara didunia ini, karena menganggap masalah – masalah yang ada merupakan cobaan terberat. Ku akui, jika aku tak mampu mensyukuri hidup yang aku miliki. Terbukti, aku selalu meratapi semua sikap Ayah terhadap hidup, keluarga dan lingkungan sosialnya. Kadang merasa dunia tak adil, memang begitulah realitanya. Karena hidup tak adil, maka kitalah yang harus berjuang untuk terus mendapatkan yang terbaik. Seharusnya begitu juga sikapku, tidak menyalahkan keadaan yang ada.. Tapi aku hanya manusia, terkadang ada rasa sakit menyelinap.. Sosok Ayah yang membentukku menjadi pribadi yang tak meyakini akan kemampuan dirinya sendiri, menjadi anti sosial, dan takut untuk melangkah. Dia membentukku menjadi orang yang kaku, dengan segala keterbatasanku aku hanya bisa diam dalam banyak hal. Kenapa? Karena Ayah tidak pernah mengajariku kehidupan yang sebenarnya. Memiliki Ayah, tapi serasa itu hanya sesosok laki – laki asing dalam rumah. Jarang bertatap muka, bukan karena waktu melainkan karena tidak adanya keinginan untuk bersama anaknya.. Mungkin begitu, selalu dalam terkaan saja.  Tidak pernah sekalipun selama aku hidup, aku mendengar dia mengucapkan ‘aku menyayangimu, nak’.. atau sekedar mengucapkan ‘hati – hati’ saat aku melangkah meninggalkan rumah. Dulu sempat berfikir, kenapa Ibu tak menceraikannya saja. Membiarkannya pergi berlalu menemukan wanita terbaik untuknya..Tapi itu benar – benar narrow minded, itu fikiran yang bersumber dari kebencian dan kotornya hati. Karena aku tau, tak mungkin Ibu melakukannya. Ibulah satu – satunya wanita terbaik untuknya, yang mampu menahan sakit berpuluh – puluh tahun hanya untuk menjaga hati lelakinya itu. Ibulah satu – satunya orang yang mampu menerima segala keburukan Ayah dan mencintai tanpa meminta imbalan sepeserpun, Ibulah yang mampu mengganti sosok Ayah yang telah hilang lama dalam benak anak – anaknya, kemudian mengajari makna hidup yang berharga. Aku tidak menyerah sedikitpun untuk terus berharap, agar kelak ada balasan dari setiap kebaikan yang Ibu lakukan. Agar kelak, Allah membukakan hati Ayah dan melunakkan hatinya yang mulai membantu. Agar dia melihat, ada wanita mulia yang selalu hadir disisinya, menemani sisa – sisa masa hidupnya. Agar dia melihat, ada anak lelaki dan wanita yang sudah mulai tumbuh mendewasa, yang akan menjaganya. Menggantikan posisinya dan selalu ada bersamanya..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau betapa rasa ini menyiksa, melihatmu tak berubah..
Dengan semua sikap yang membuat hatimu tertutup dan membeku..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau betapa tangisan ini melukaiku, hanya karena ingin melihatmu bahagia..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau, betapa inginnya aku kau peluk, kau genggam tanganku, dan kita duduk tertawa bersama..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau, betapa aku ingin mencium keningmu kemudian kau katakan “aku mencintaimu nak”
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau setiap doa yang terlantun adalah doa kebaikan untuk hidupmu, agar kelak kau dapatkan yang terbaik dari-Nya..
Seandainya saja, Ayah..
Kau tau, betapa aku menyayangimu, betapa besar cinta ini untukmu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar